Tuesday, February 20, 2007

TRAPPED

I'm not a "can't do" person . Tapi juga bukan orang yang selalu bilang 'saya bisa'. Saya tahu benar kompetensi dan kapabilitas diri sendiri. Saya percaya, di saat lingkungan sekitar memberikan tanggung jawab -besar ataupun kecil- artinya mereka menilai bahwa saya mampu melaksanakannya. Biasanya, saat orang memberikan tugas, saya akan mempunyai keyakinan hati bahwa saya mampu, dan ketetapan untuk menjalankannya, bahkan dengan resiko terburuk sekalipun yaitu kegagalan. Toh, semua usaha pasti berujung pada beberapa opsi, berhasil, berhasil tapi tidak sempurna, atau gagal.

Tapi yang terjadi kali ini berbeda. Saya diberikan tugas yang sebenarnya adalah bukan tanggung jawab saya. Saya terima, dengan niat membantu. Namun saya tidak diberitahu, bahwa in this case, failure is not an option. Tanpa diberi tahu pula resiko apa yang akan saya terima jika eventually saya gagal. Tanpa tahu pula, bahwa jika saya gagal nantinya, bukan hanya nama baik saya yang rusak, tapi akan ada banyak pihak yang dirugikan. Tanpa tahu juga, bahwa jika saya gagal, maka sejumlah uang yang seharusnya menjadi hak banyak orang, tidak akan mereka terima. Sang pemberi tanggung jawab memberikan tanggung jawab pada saya BUKAN karena saya adalah orang yang terbaik yang dapat melakukannya. Tapi karena dia tidak berani menanggung tugas itu, meski sebenarnya itu adalah tanggung jawabnya. I feel trapped.

If this is a point of no return, maka ini akan jadi sebuah saat dimana saya sangat takut gagal. Dan jika kegagalan nanti adalah sebuah pelajaran baru bagi saya, then I'd learn it the hardest way.

Tuesday, January 30, 2007

Small but Big

Hari Sabtu lalu..salah satu keinginanku tercapai. Menjadi relawan. Keinginan yang sebetulnya simple, tapi entah kenapa baru dijalankan sekarang. (Aku sering banget mengalami ini, banyak keinginan, tapi hanya berhenti di keinginan. Susah sekali mengambil langkah pertama.Bad habit..hehe)

Akhirnya, berkat ajakan salah seorang teman kantor, Sabtu lalu aku memutuskan bergabung jadi relawan di Komunitas 1001buku. Sebuah komunitas yang sangat berdedikasi, two thumbs up untuk inisiatif dan keberanian mereka melakukan. Nobody got paid, and they did this to fight illiteracy in this country! Aku rasa informasi tentang komunitas ini sudah tersebar luas, tapi kalau ada yang ingin tahu lebih detil, bisa lihat di www.1001buku.org.

Pertama kali datang, aku hanya bertugas membantu mengklasifikasikan buku-buku yang akan dibagikan ke puluhan taman bacaan, melabeli, dan input data. Simple. Tapi menyenangkan karena bisa sedikit berkontribusi. Siangnya aku dapet bonus pengalaman. Mendadak diminta jadi salah satu relawan pendamping untuk diskusi antar kelompok pengelola taman bacaan mengenai kekurangan dan kelebihan mereka masing-masing, semacam analisa SWOT. Dan aku tidak pernah menyangka, diskusi itu akan menjadi inspirasi dan semangat tersendiri buatku pribadi.

Para pemilik dan pengelola taman bacaan itu sebagian besar justru bukan dari kalangan berlebih. Diantara mereka bahkan ada yang mengawalinya dengan membuat rak-rak di kandang ayam, dan ditulisi 'baca buku, gratis'. Buku-bukunya yang berjumlah 30 buah adalah koleksi pribadi. Tidak banyak anak-anak yang datang, sehingga ia memutuskan untuk membuat taman bacaan di dalam gerobak. Gerobak ini didorong keliling kampung, dengan jadwal-jadwal mangkal diatur pada hari-hari tertentu. Terkadang, gerobak ini ditinggal untuk main bola begitu saja, sementara anak-anak membaca. Anak-anak itu begitu senangnya membaca, sehingga jika ada salah satu buku yang hilang, justru mereka yang akan mencarikan.

Taman bacaan lainnya berawal dari bimbingan belajar kecil-kecilan. Sang pemilik yang sepertinya berusia belia ini berfikir, alangkah bermanfaatnya jika selain bimbingan belajar, ia juga menyediakan perpustakaan gratis. Beberapa taman bacaan yang sudah berjalan lama biasanya menambahkan program-program lain yang menarik untuk anak-anak. Seperti memutar film pengetahuan, dan kunjungan ke perpustakaan/taman bacaan yang lebih besar. Semua nya menggunakan dana swadaya dibantu masyarakat sekitar.

Salah satu tantangan yang sering ditemui adalah adanya orang tua anak yang tidak setuju dengan kegiatan membaca. Beberapa orang tua menentang anaknya menghabiskan waktu dengan membaca, terutama mereka yang mengharuskan anak-anak itu untuk bekerja mencari uang. Untuk kasus-kasus semacam ini, pengelola taman bacaan akan mengadakan kunjungan ke rumah anak tersebut, dan menjelaskan kepada orang tua mereka apa pentingnya membaca. Sebuah tindakan yang sangat tulus dan membutuhkan semangat yang besar!

Mendengar mereka berdiskusi, aku pun bertanya pada diri sendiri. What have I done for my surroundings? Kadang-kadang aku terlalu memikirkan rencana-rencana besar, takut sendiri dengan bayangan sulitnya melakukan rencana-rencana itu, dan akhirnya memilih untuk tidak mengerjakannya. Mereka memilih melakukan langkah-langkah kecil, dengan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat sekelilingnya.

Saturday, January 06, 2007

JAM

27 Desember 2006, jam 8 lebih sekian di malam hari

“De’ Rini, besok pagi itu ada undangan rapat jam 7.30 di hotel Santika. Bisa hadir kan ya? Tolong beritahu teman-teman lainnya ya..Diminta tiga orang wakil dari organisasi ABCD untuk hadir..” Begitu yang diucapkan si Ibu bersuara lembut (selanjutnya kita sebut Ibu BSL) itu semalam via telepon, tentu saja setelah berbasa basi seperlunya di awal percakapan. Ya ampun, terus kapan aku ngabarin teman-teman yang lain? Artinya kan cuma tersisa waktu sekitar 1 jam-an untuk kontak teman-teman sebelum masuk zona waktu tidak sopan menelepon! Iya kalau mereka langsung bersedia!

“Waduh, kok mendadak sekali ya, Bu? Rapat apa Bu?”
“Iya, saya aja baru dapat undangannya tadi. Disini sih tertulis Rapat Koordinasi yang diadakan oleh Kementerian BLABLA. Bisa hadir kan ya?”
“Emm….iya Bu, kalau saya sih insyaallah bisa. Nanti saya coba juga hubungi teman-teman yang lain deh.”

Setelah mengirimkan sms ke beberapa teman, akhirnya jam 21.30 aku berhasil meyakinkan dua orang teman yang available. Tanpa tahu betul apa yang akan dibahas di rapat, kami sepakat untuk hadir. Sekali lagi aku memastikan ke Ibu BSL via sms bahwa rapat besok adalah pukul 7.30 di hotel Santika.

“Tepat sayang…thanks dan sampai ketemu besok ya…” Demikian balasan sms beliau.

28 Desember 2006, jam 7.15 pagi

“Pak, maaf kalau ruang meeting untuk Rakor Kementrian BLABLA dimana ya?” tanyaku kepada seorang pegawai hotel yang lewat dengan membawa setumpuk notebook dan pulpen. Kemudian dia menunjuk ke pintu persis di depanku.
“Tapi masih dikunci Bu. Ibu tunggu saja di lobby.” Aneh, 15 menit sebelum acara kok masih dikunci, pikirku sambil berjalan ke lobby.

Menjelang jam 7.30 dua orang teman datang. Beranjak ke ruang meeting, terlihat dua orang yang tampaknya panitia duduk di dekat pintu masuk. Ruang meeting sudah dibuka namun belum ada orang. Beberapa peserta rapat yang lalu lalang kemudian malah masuk ke coffee shop untuk sarapan. Aku dekati panitianya,
“Pak, maaf acaranya sudah mau mulai belum ya, kok masih sepi?”
“Oh, belum bu. Nanti jam 8. Ibu tunggu saja di lobby.”

Setelah sempat bingung sesaat, akhirnya kami sepakat, mungkin Ibu BSL tidak percaya kami akan datang on time, sehingga dia memajukan setengah jam dari jadwal sebenarnya. Yah, sudahlah tak apa. Sekitar jam 8 kurang 5 menit kami masuk ke ruang meeting. Ada beberapa orang sudah duduk disana. Tak lama kami duduk, seorang Ibu berseragam coklat mendekati.

“Dari organisasi ABCD ya? Saya Ibu NN, ini undangan untuk organisasi ABCD untuk acara ini,” katanya sambil menyodorkan amplop. “Ibu BSL agak sedikit telat katanya, ada perlu dulu sebentar.” Agak ingin ketawa juga sih, kami sudah hadir disitu, baru kemudian undangan diberikan. Yah, sudahlah tak apa (lagi). Iseng kami buka amplop itu, tertulis di detil acara - Tempat: Hotel Santika, Pukul: 8.30. Astaga.

Semua peserta gelisah ketika pada jam 8.45 acara tidak juga dimulai. Tiba-tiba MC mengumumkan bahwa kita sedang menunggu Bapak ANU yang terlambat datang karena ada salah informasi jam. Yeah, right. Akhirnya Bapak ANU datang didampingi Bapak ITU pukul 9.15. Acarapun dimulai dengan sambutan dari Bapak ANU dan Bapak ITU. Masing-masing sekitar 5 menit. Setelah itu MC kembali tampil ke depan,

“Hadirin, telah kita ikuti sambutan dari Bapak ANU dan Bapak ITU, acara selanjutnya adalah istirahat selama 15 menit.”

What??!! Istirahat dari apa?? Acara telat 45 menit, baru mulai 10 menit, otak kita saja baru ‘dipanaskan’, dan sekarang mesti istirahat 15 menit??

Acara dimulai 20 menit kemudian dan selesai pukul 12.15. Apa yang dibicarakan dalam rapat tidak perlu diungkap disini. Yang jelas, Ibu BSL baru datang pukul 10.15.

It’s just perfect :).

Friday, December 22, 2006

BANJIR

Pernah memperhatikan kondisi ruang publik di Jakarta? Satu ciri khas Jakarta dan sebagian besar kota-kota besar lainnya di Indonesia adalah ruang publiknya sangat KOTOR. Kita teriak-teriak minta pemerintah menyediakan ruang publik, kawasan hijau, tempat umum yang nyaman, hanya untuk dikotori lagi oleh kita sendiri Kita terlalu sombong untuk memegang atau menyimpan sampah bekas kita sendiri di dalam saku atau tas, sampai kita bisa menemukan tempat sampah dan membuangnya disitu. Harga diri kita terlalu tinggi kalau harus melangkah beberapa meter untuk membuang sampah ke tempatnya. Mobil kita terlalu bagus untuk diisi sebuah tempat sampah untuk bungkus makanan, tiket parkir bekas, tissue bekas, dll. Toh bisa dilempar keluar jendela.

*Ih, gila kali. Kita kan eksekutif gitu loh..kita cuma buang sampah pada tempatnya kalau lagi di Singapura aja…..*

Rasanya kok “gak level” untuk ikut menjaga kebersihan kota tempat tinggal kita sendiri…Buat kita, tugas menjaga kebersihan itu hanyalah tugas tukang sampah.. ‘Jagalah kebersihan’ hanya jadi jargon yang dipajang di tempat umum. Dan kemudian tulisan itu pun tertutupi oleh coretan-coretan.

Sampah jutaan manusia Jakarta di tempat umum yang tidak sempat terangkut oleh tukang sampah kemudian pergi bersama aliran air dan berkumpul di got (ajaran SD lah ini mah!). Terus menerus setiap hari hingga menumpuk dan memampatkan saluran drainase, dan saat musim hujan tiba…

Selamat! Kita telah berkontribusi secara langsung terhadap banjir! Step berikutnya, saat banjir tiba, kita tinggal mengeluh, ngomel-ngomel, dan seperti biasa…. jangan lupa salahkan pemerintah yang tidak becus menangani kota ini!

Monday, November 20, 2006

(Almost) Everybody hates Bush, but….

Saat kunjungan Bush ke China beberapa waktu lalu, pemerintah China terkaget-kaget karena ternyata diantara logistik yang dibawa oleh rombongan Bush terdapat ber ton-ton peralatan elektronik sebagai pendukung komunikasi dan keamanan pasukan pengaman Presiden Amerika Serikat tersebut, apalagi kemudian ditambah dengan puluhan ribu gallon air yang sengaja dibawa dari Amerika untuk kebutuhan sehari-hari Bush seperti minum, sikat gigi, dan bahkan untuk mandi!! :)

Pengamanan yang super ketat dan terkesan ‘paranoid’ itu terjadi di manapun di seluruh dunia, setiap kunjungan Presiden Amerika Serikat di suatu negara. Pengamanan seperti yang terjadi di Jakarta dan Bogor hari ini juga adalah SOP yang selalu harus dijalankan oleh negara manapun demi menjamin keamanan Sang Penguasa negara adidaya tsb. Yah, sebagai negara dengan musuh terbanyak yang tersebar dimana-mana, kalau gue jadi pemerintah AS, pastilah akan se ’paranoid’ mereka. Ancaman pembunuhan dan teror sudah jadi makanan sehari-hari pasukan pengaman Presiden AS.

Dengan intervensi-intervensi AS dalam urusan domestik negara lain demi melindungi ’kepentingan nasionalnya’ yang seringkali dilakukan bahkan dengan menghalalkan cara apapun tentu saja membuat banyak pihak benci. AS yang selalu bersikap seperti penguasa dunia menyebabkan kata ”imperialisme” seringkali di asosiasikan dengan negara ini :). Bush sebagai pemimpin tertinggi di AS kemudian (merujuk ke sebutan yang sering digunakan para pendemo) menjadi simbol ’setan’ atau ’kejahatan’ atau ’penjajah gaya baru’ sehingga kedatangannya di Indonesia kemudian menimbulkan kemarahan banyak elemen masyarakat. Kedatangannya di Indonesia kali ini dianggap menginjak-injak kedaulatan Indonesia. (poin ini gue nggak ngerti...tapi sering sekali di TV dan radio terdengar para demonstran menyebutkan kalimat ini). Btw, waktu Bush diterima Megawati di Bali tahun 2003 yang lalu, kenapa kok gak se ’rame’ ini ya yang protes?

Gue pribadi menilai pemerintah AS adalah pemerintah yang licik. Salah satunya tergambar dalam film Fahrenheit, terlihat sekali disitu bahwa mereka sangat ahli dalam menciptakan skenario kejahatan besar, kemudian abracadabra! Tiba-tiba yang terpampang di mata publik dunia adalah bagaimana usaha keras AS mencari si ‘penjahat’ dan menjadikan itu sebagai legitimasi untuk mengobrak-abrik negara lain!

Ada berbagai cara dipilih orang untuk mengekspresikan kebenciannya terhadap AS. Misalnya seperti yang dilakukan teman-teman yang berdemonstrasi selama beberapa hari belakangan ini menolak kedatangan Bush. Gue pikir itu sah-sah aja selama berjalan tertib, meskipun gue sendiri nggak ikutan demo. Ada juga teman-teman mahasiswa yang memilih cara sendiri dengan berusaha melakukan penyegelan terhadap beberapa restoran yang katanya adalah restoran Amerika. Padahal di dalam restoran itu terdapat banyak masyarakat Indonesia yang sedang makan juga karyawan-karyawan asal Indonesia yang sedang bekerja dan usaha penyegelan itu bikin mereka ketakutan setengah mati! Entah apa pertimbangan teman-teman memilih cara ini, kalau gue sih gak mungkin banget memilih cara menyegel restoran-restoran itu. Malu gue! Soalnya, gue lumayan sering makan di situ, sebutlah MacDonald, KFC, Pizza Hut, atau Starbucks. Waduh...masa iya kemaren-kemaren gue makan disitu, trus hari ini gue segel, trus besok-besok gue makan disitu lagi....plin plan banget lah! Dan kalau alasannya adalah karena restoran itu adalah produk Amerika, trus, masa iya gue hari ini mesti delete account email Yahoo gue, yang jelas-jelas produknya Amerika, trus besok setelah Bush keluar dari Indonesia gue set up lagi account yahoo yang baru? Trus, semua barang-barang gue yang buatan Amerika, mesti gue buang-buangin? Trus, gue hari ini memilih sikap nggak mau nonton film-film buatan Hollywood lagi, tapi besok-besok gue tetep pergi ke bioskop atau beli DVD karena bagaimanapun juga, gue doyan film-film Hollywood? Trus, kalau tiba-tiba ada tawaran beasiswa Fulbright dan beasiswa-beasiswa lain dari Amerika Serikat, itu mesti gue tolak?!! Trus, gue yang sekarang lagi nganggur, mesti nolak juga kalau ada panggilan kerja dari Perusahaan Amerika?!

Emmm.... gue cari cara lain aja deh untuk nunjukin ketidaksukaan gue pada kebijakan-kebijakan pemerintah AS :).

O, iya. Satu pesan, untuk teman-teman yang sedang dan akan berdemonstrasi, baik soal Bush ataupun soal-soal lainnya, bukankah teman-teman selalu mendemo ’orang yang dianggap melakukan kerusakan di muka bumi’ agar mereka sadar dan memperbaiki diri? Supaya misi teman-teman tetap murni dan konsisten, cobalah mulai dari diri sendiri, mulai dari hal kecil, untuk juga tidak ’melakukan kerusakan di muka bumi’ dengan tidak membuang sampah sembarangan pada saat demo, sehingga berkontribusi dalam mengotori negara dengan sampah, dan saat hujan turun bisa membuat mampet got dan sistem pembuangan air, yang membuat Indonesia terkenal dengan banjirnya. Malu dong ah!

Sunday, November 19, 2006

On Blog and Blogging

Akhirnya, tiba juga masa dimana gue sanggup isi blog ini lagi.

Buat gue, mengisi blog bukan sesuatu yang mudah. Seringkali, ada hal-hal yang tiba-tiba terpikir untuk bisa ditulis di blog, dan kemudian tersusunlah kalimat-kalimat yang ‘layak tayang’ berseliweran dalam kepala. Tapi terkadang saat itu situasinya tidak mendukung untuk menulis (misalnya sedang nyetir, sedang berbicara dengan orang lain, atau lagi kerja..hehehe), atau bahkan tiba-tiba saja pas sudah di depan monitor dan jari sudah siap mengetik, eeeh….buyar semua itu ide-ide dan pikiran.

Atau masalah kedua -dan ini justru yang bagi gue esensial-, gue seringkali bingung dengan cara pandang gue terhadap blog gue sendiri. For me, blog itu posisinya in between. Untuk disamakan fungsinya dengan buku harian , nggak layak sama sekali. Buku harian jelas sifatnya rahasia banget, jangan sampeeeee deh ada yang lihat isi itu buku. Inget kan, buku-buku harian alias diary jadul yang biasanya warna-warna pastel dan wangi itu, itu aja kadang ada gemboknya, kan? :). Diary pertama gue dibelikan oleh papa sebagai hadiah ulang tahun pas kelas 6 SD. Dan waktu papa kasih buku itu, papa juga bilang ke seluruh anggota keluarga (yang hanya 4 orang itu sih..hehe), bahwa buku harian ini sifatnya sangat pribadi, jadi biarpun itu tergeletak sembarangan, haram hukumnya siapapun untuk membuka dan membaca, kecuali pemiliknya. Dari ‘jaminan’ bokap itu, gue jadi merasa bebas banget nulis apapun yang gue ingin tulis di buku harian. Toh, gak akan ada yang baca, itu jadi media yang tepat untuk merelease sedikit isi pikiran dan perasaan.

Nah, sementara blog? Gue gak mungkin kan curhat abis di blog ini, it’s for public viewing gitu! Jadi kadang-kadang, ada hal-hal yang urung gue tulis di blog, dan akhirnya hanya mengendap saja di pikiran, karena ternyata setelah dipikir-pikir, tulisan itu sifatnya pribadi sekali dan bukan untuk konsumsi publik. Jadi, gue masih belajar memilah-milah tulisan apa yang sebenarnya masuk kategori ‘layak tayang’ di blog gue. O, iya. Tadi sempet gue bilang, blog ini kategori tulisannya adalah ‘in between’. Yang satu adalah buku harian, sedang yang satunya lagi adalah tulisan di mass media, seperti artikel, opini publik atau bahkan surat pembaca sekalipun, baik di media cetak maupun media elektronik. Buat gue, blog ada di tengah-tengah. Isinya tetap opini atau pengalaman pribadi, namun di share ke publik dan diberikan kesempatan bagi publik untuk memberi input. Meski tidak perlu mempunyai nilai berita sama sekali seperti halnya tulisan yang dimuat di media massa. Toh standar ‘layak tayang’ di blog adalah murni otoritas dari si pemilik blog. Nobody cares anyway :).

Saat berkesempatan blog walking, terlihat bahwa blog memiliki makna yang berbeda untuk setiap penulis. Ada yang memperlakukan blog seperti gue memaknai diary tadi, sebagai tempat curhat, hanya biasanya nama pelaku disamarkan..hehehe; ada juga yang menceritakan every single detail kejadian yang dialami tiap hari oleh penulis; ada yang khusus menulis hal-hal yang bersifat informatif dan factual, sehingga sangat berguna untuk orang-orang yang membaca seperti misalnya resensi film, ulasan tentang handphone dan gadget, mobil, atau sekedar wadah untuk sharing dan nostalgia dengan orang-orang yang satu hobby dan minat.

Kalau kembali ke awal gue bikin blog ini, niat nya adalah tempat menuangkan isi pikiran, opini, dan tentu saja membaca input dari orang yang membaca sangatlah menyenangkan karena mendapat teman untuk diskusi dan sharing. Satu lagi,blog juga jadi wadah juga untuk belajar menuangkan buah pikiran itu menjadi sebuah tulisan, which is not easy at all!

Hmm..mungkin setelah gue bisa memutuskan standar ‘layak tayang’ blog gue, gue lebih bisa aktif nulis disini. Jadi niat belajar nulisnya bisa kesampaian, bukan cuma belajar mikir :)

Friday, September 15, 2006

Dear God...

in a stolen moment between my overloaded tasks



Simple wish.

I want my normal life back. I miss my happy days :(
Name :
Web URL :
Message :